Assalamualaikum, dan selamat pagi para pembaca yang budiman, adakah dari kalian pernah melihat pemotongan hewan qurban di desa/kota kalian bertepatan saat hari raya Idul Adha? Atau kalian ikut turun tangan membantu bahkan yang memotong hewan qurbanya?
Banyak spekulasi negatif tentang kebiasan turun temurun ummat muslimin ini yang mana opini tersebut berseliweran dan menyebar sehingga membentuk perspektif tidak mendasar baik secara logika maupun praduga, sehingga disisi lain justru mepermalukan ummat muslim, tidak jarang kita temui juga ummat muslim itu sendiri yang berkomentar bernada miring, sehingga perlulah saya bahas secara syariat dan secara fakta kedokteran bahwa penelitian ini akan menepis anggapan tentang mereka yang mengatakan kalau memotong hewan qurban itu kekejaman terhadap hewan.
Sebagai manusia yang ber akal ada baiknya kita berucap menggunakan dasar yang tepat agar tidak ada penyesatan dan penanaman informasi negative padahal itu belum tentu buruk.
Berikut informasi yang saya dapatkan melalui mulut ke mulut dan juga informasi yang saya cari dai artikel ke artikel semoga bermanfaat, saya akan membahas kembali agar informasi ini tetap terus dapat dibaca.
Penyembelihan hewan qurban secara hukum syariat dan peneliaian mancanegara.
Hari Raya Idul Adha adalah momentum ummat muslim untuk lebih berserah diri, ikhlas dan sabar, Seperti apa yang kita ketahui dari sejarah perjalan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as yang melegenda. Sejarah tersebut membuahkan sesuatu kebiasan yang baik kepada ummat muslim, makna berbagi kental pada perayaan berqurban yang diadakan setahun sekali setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri yang berjarak cukup lama.
Banyak spekulasi dan persepsi yang salah yang terjadi pada masyarakat umum tentang proses penyembelihan hewan qurban yang memang jika dilihat secara kasat mata saja tanpa adanya pengetahuan yang didapat sebelumnya akan terlihat kejam dan mengerikan, akan tetapi dibalik semua tipu daya itu ada keindahan yang terjadi, kebaikan yang terjadi dan kekuasaan juga kebesaran Allah SWT, apa itu? Mari kita simak.
Fakta mengejutkan terjadi ketika staf ahli peternakan Prof.Dr. Schultz dan Dr. Hazim dari Hannover University, yaitu salah satu universitas terkemuka di Jerman melakukan penelitian ilmiah terkait dengan penyembelihan hewan qurban menggunakan syariat Islam, keduanya ingin mengupas rahasia dan kebenaran yang tersembunyi. Dimulai dengan 2 ekor sapi sebagai sampelnya yang telah memasuki tingkat kedewasaan yang pas. Pada permukaan otak kecil sapi – sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG).
Microchip EEG dipasang di permukaan otak diletakan menyentuh titik rasa sakit di permukaan otak, yang nantinya akan merekam dan mencatat reaksi rasa sakit sapi ketika dilakukan proses penelitianya. Jantung sapi –spai itu juga dipasang Electro-Cardiograph (ECG) untuk merekam respon jantung dan aktivitas denyutnya saat darah keluar dari jantung.
Setelah kedua microchip itu terpasang, sapi dibiarkan hidup selama beberapa minggu agar terbiasa dengan keadaan barunya dan menekan resiko kesalahan yang bisa saja terjadi. Setelah semua proses penyesuain telah tercapai dan dirasa cukup, maka sapi yang lain dari kedua sampel itu diambil dan dipotong sesuai dengan syarit Islam.
Dalam syariat, penyembelihan hewan qurban adalah hal yang krusial dan harus ditangani oleh orang yang sudah berpengalaman, menggunakan pisau yang sudah diasah sehingga sangat tajam untuk memotong, dan memotong mulai dari tenggorokan dengan tujuan langsung memutus tiga saluran pada leher secara cepat, yaitu :
1. Saluran nafas
2. Saluran pembuluh darah, dan
3. Dua saluran pembuluh darah (arteri karotis dan vena jugularis)
Selama penelitian berlangsung tecatat melalui EEG dan ECG berupa data yang merekam dan menggambarkan apa yang terjadi pada otak dan jantung sapi dimulai sapi masih bernafas hingga sudah benar-benar mati. Dari hasil penelitian tersebut dapat diperoleh kesimpulan data sbb :
Menggunakan syariat Islam
Hasil praktek penyembelihan hewan menurut syariat yaitu:
1. Pada 3 detik pertama setelah sapi disembelih (dan ketiga saluran yang terletak pada leher sapi terputus), tercatat bahwa EEG merekam sesuatu yang mencengangkan, tidak adanya reaksi rasa sakit selama terjadinya penyembelihan, data grafik mencatat peurubahan itu merekam data statistic yang stabil selam proses terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa pad 3 detik pertama setelah disembelih sapi tidak smerasakan sakit.
2. Pada data 3 detik berikutnya , EEG pada otak kecil merekam penurunan grafik secara bertahap dan perlahan yang sangat mirip dengan keadaan orang yang tidur atau disebut kejaian Deep Sleep (tidur nyeyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut tercatat pula aktivitas jantung mulai meningkat.
3. Setelah 6 detik berlalu ECG mencatat aktivitas jantung yang luar biasa. Secara langsung jantung menarik sebnyak mungkin darah yang ada di seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar menuju tenggorokan. Hal ini merupakan refleksi gerakan kordinasi antara jantung dan sum sum tulang belakang (spinal cord).
Pada saat darah meluncur deras keluar melalui 3 saluran yang terputus di bagian leher, grafik EEG mencatat tidak adanya penaikan skala rasa sakit malah justru drop sampai level zero (nol). Hal ini di terjemahkan oleh kedua peneliti itu bahwa “no feeling of pain at all” (tidak ada rasa sakit sama sekali).
4. Karna jantung memompa keluar seluruh darah secara maksimal, makadihasilkan healty meat (daging sehat) yang layak dikonsumsi. Jenis daging dari hasil sembelihan dengan teori syariat Islam sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practice (GMP) yang menghasilkan healthy food.
No feeling of pain at all
Gerakan meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat hewan qurban di sembelij ternyata bukan expresi rasa sakit, dan ternyata reaksi ini yang telah membuat persepsi kita menjadi tidak tepat. Bayangan kita ketika melihat darah mengalir keluar dari luka bekas sayatan pasti terasa sakit dan nyeri dan itu wajar ketika melihat sesuatu hal seperti itu.
Apalagi luka ini luka leher yang menganga lebar. Dari hasil dari ke dua ahli tersebut menjelaskan sesuatu yang terjadi dan dapat merubah persepsi kita hingga sesuai dengan syariat Islam bahwa pisau tajam yang mengiris leher tidaklah menyentuh syaraf rasa sakit. Dan mereka menyimpulkan bahwa keadaan sapi yang meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah bentuk ekspresi dari rasa sakit akan tetapi spontanitas otot syaraf saja pada saat darah mengalir deras keluar.
Kok bisa seperti itu? Jelas bisa da nada buktinya. Dari data grafik EEG bahwa tidak ada peningkatan rasa sakit yang mana berarti tidak menunjukan sapi merasakan sakit sewaktu di sembelih. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita merasa tidak tega saat melihat hewan qurban disembelih, karna menurut penelitan hewan-hewan itu tidak merasakan sakit.
Begitu besar kuasa Allah SWT bahwa apa saja yang iya perintahkan adalah berkah dan memiliki hikmah. Ini semua membuktikan bahwa Allah SWT maha adil maha pengasih dan maha penyayang.
Comments
Post a Comment
Kalau mau Koment jangan lupa cuci tangan, trimakasih :v